Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No 112: Melampuai Batas Dalam Berdoa Bagian 4
Senin, 17 Oktober 2022

Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas dalil larangan melampaui batas dalam berdoa. Juga beberapa contohnya. Berikut pembahasan tentang contoh lain dari praktek melampaui batas:

Keempat: Meminta sesuatu yang tidak boleh diminta

Hal ini termasuk melampaui batas dalam berdoa, sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibn Hajar al-‘Asqalaniy (w. 852 H). Sebab salah satu syarat berdoa adalah bahwa isi permintaan yang kita panjatkan harus sesuatu yang boleh untuk diminta.

Contoh sesuatu yang tidak boleh diminta:

  • Berdoa meminta agar menjadi malaikat atau memohon agar menyamai kedudukan para nabi dan rasul. Sebab setekun dan sebesar apapun hamba beramal, ia tidak akan mungkin sampai derajat malaikat dan rasul.
  • Berdoa meminta agar dimudahkan Allah untuk berbuat dosa dan maksiat. Sebab itu semua dibenci oleh-Nya. Sehingga tidak pantas bila seorang hamba meminta sesuatu yang dibenci dan diharamkan oleh Rabbnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“لا يَزالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بإثْمٍ، أَوْ قَطيعَةِ رحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ”

“Doa seorang hamba akan selalu dikabulkan, asalkan dia tidak berdoa meminta dosa atau memutus silaturrahim, selama ia tidak tergesa-gesa”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

  • Berdoa meminta agar rahmat dan kasih sayang Allah terlimpah hanya untuk dirinya sendiri saja, tidak untuk muslim lainnya. Ini tidak diperbolehkan. Sebab mempersempit rahmat Allah yang aslinya amat luas.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,

قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةٍ وَقُمْنَا مَعَهُ فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ: اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلَا تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا“. فَلَمَّا سَلَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْأَعْرَابِيِّ: لَقَدْ حَجَّرْتَ وَاسِعًا يُرِيدُ رَحْمَةَ اللهِ

 

“Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami shalat. Di tengah-tengah shalat ada seorang arab badui berdoa, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad. Jangan Engkau rahmati seorangpun selain kami berdua”. Selepas salam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada orang arab tadi, “Engkau sudah mempersempit rahmat Allah yang luas”. HR. Bukhari.

  • Berdoa memintakan ampunan untuk orang kafir yang telah meninggal. Allahberfirman,
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

Artinya: “Tidak boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) Jahim”. QS. At-Taubah (10) Bersambung…


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-doa-dan-dzikir-no-112-melampuai-batas-dalam-berdoa-bagian-4/